Like we used to



Kamu, hal yang tidak saya duga, hal yang tidak saya duga akan menjadi sepenting ini dalam setiap waktu saya. Hal yang membuat waktu saya yang suram menjadi lebih terang. Tidak, lebih bewarna, lebih indah, lebih saya nantikan.

Kita berjalan berjauhan, tapi tidak pernah lelah untuk mewarnai setiap detik kita masing-masing. Tidak pernah lelah untuk menantikan satu sama lain. Tidak pernah lelah untuk terus bersama. 

Kamu adalah hal terbaik yang pernah dikirimkan tuhan untuk saya. Hal penting yang mengindahkan hari-hari saya. Hal yang merubah saya. Jadi lebih baik. Kamu adalah sinonim dari segala kata-kata yang baik. Arti baik yang sesungguhnya. Bahkan lebih baik.

Saya minta maaf, karena saya merubah semua hal baik itu jadi segala wujud asli dari sedih, kecewa, marah, jadi segala wujud yang buruk. Saya sungguh minta maaf. 

Saya mencoba, mencoba segala hal yang bisa memperbaiki semua wujud buruk busuk ini. Merubah semuanya yang busuk ini cukup sulit, karena saya belum pernah sebusuk ini. Saya tidak tahu harus bagaimana. Tidak. Belum tahu harus bagaimana. Tapi apa saya boleh mencoba sebisa saya? Tidak, mencoba semuanya yang lebih dari yang saya bisa, dan saya harap saya diizinkan. 

Kamu lelah, karena setiap usaha kamu tidak saya hargai. Demi tuhan. Saya. Menghargai. Kamu. Saya tidak tahu harus bilang apa, jadi yang  saya lakukan hanya memohon maaf jika kamu merasa seperti itu. Karena perkataan saya tidak didengar. Jadi saya buang semua pembelaan saya, dan saya coba untuk mendapatkan percayamu kembali. 

Dan maaf, sekarang, hal itu hilang lagi. Maaf saya menumbuhkan kebusukan lagi. Saya mencoba untuk membersihkannya, lagi-lagi sia-sia, tidak kamu dengar. Jadi saya buang semua pembelaan saya, dan saya coba untuk mendapatkan percayamu kembali. 

Saya masih berharap bisa mendapatkannya kembali. Saya tidak tahu apakah tuhan akan mengabulkannya. Tapi saya masih memohon. Memohon semuanya menjadi baik-baik saja. 

Kamu sudah berusaha sekuatmu, saya paham sekali. Saya menghargai semua hal itu, saya menyukai semua hal itu. Saya merasakan hal itu. Tapi... Kenapa... Kenapa kamu menganggap saya mengabaikan semuanya (lagi)? Saya. Menghargai. Kamu. Demi tuhan. Tidak pernah saya menyepelekan semua usahamu, terkecil sekalipun. Tidak. Pernah. 

Jadi, saya buang lagi semua pembelaan saya, mencoba mendapatkan percayamu lagi, lagi, lagi, dan lagi. Sampai kamu percaya, bahwa saya tidak ingin kehilanganmu. Bahwa saya ingin kamu. Saya sayang kamu. Hingga kita mewarnai semua detik kita masing-masing hingga waktu yang tak bisa kita lihat. 

Tapi, semua pilihan ada pada genggamanmu. Saya hanya bisa meyakinkanmu untuk memilih apa yang saya mau. Kita yang sangat baik. Seperti dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please don't give a bad words, just a good words.