Romansa Tanpa Kata




Assalamualaikum wr. wb.
Selamat siang para jomblo, this time i'm gonna be showing you my love story </3. Even tho no one will ever see this piece of legendary story.

Sebenernya ini tugas dari guru bahasa indonesia gue:


Seperti biasa, guru bahasa Indonesia gak ada yang bener-bener ngoreksi hasil kerjaan anaknya, jadi gue buat sekeren mungkin meskipun rada gadanta. By the way, dia nyuruhnya buat cerita tentang pengalaman pribadi, berdasarkan kisah nyata. Cerita ini kisah nyata, tapi cintanya gak nyata. Aseeekkk dahhh. Dari sekian post gue, ini bukan cerita humor sih, jadi ya mohon mangap kalo garing. Udah cukup sekian komengnya. monggo.


Romansa tanpa Kata


Empat jam sudah Andre berputar-putar mengelilingi bazaar yang ada. Untungnya ia ditemani oleh teman lamanya, Danis. Sudah empat jam mereka mengitari tempat itu untuk menghilangkan bosan. Sampai mereka berdua benar-benar bosan, akhirnya mereka duduk di sebuah bangku kecil di bawah pohon beringin. “Lu gak deg-degan Ndre?” tanya Danis. “Enggak sama sekali kok” “Memangnya kenapa?” jawab Andre. “Inikan pertama kalinya lu ketemu sama dia  di tahun ini” jawab Danis. Andre diam sejenak, berpikir bahwa perkataan Danis ada benarnya juga. Sudah 2 tahun Andre dan Anggie menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, tapi mereka hanya bertemu 6 bulan sekali, bahkan setahun sekali.
“Kenapa sih lu pacaran LDR?” tanya Danis. “Buat latihan menjaga kepercayaan Nis” jawab Andre. Meskipun Andre tahu, Long distance relationship berarti pacaran jarak jauh, seperti menelpon, menanyakan kabar, video calling, dan sebagainya, tapi Andre dan Anggie bahkan hampir tidak pernah mengirimkan pesan singkat.
Setelah 4 jam lamanya, akhirnya Anggie terlihat dari pintu masuk. Betapa senangnya Andre melihat kekasih jauhnya itu yang sudah lama tidak ia jumpa. Andre pun menyapa Anggie yang sedang masuk dengan senyuman. Tapi Anggie terlihat biasa saja bertemu dengan Andre. Dia hanya memperlihatkan sedikit senyuman, padahal sudah hampir setahun lebih tidak bertemu. Rasanya Andre seperti orang bodoh. Tidak seperti kebanyakan sepasang kekasih yang penuh canda tawa, mereka hanya berbincang-bincang kecil seperti baru pertama kali bertemu. Selesai berbincang-bincang, mereka berjalan mengelilingi stand makanan yang tersedia. “Lu mau makan apa Gie?” tanya Andre. “Nggak ah” jawab Anggie. “Kenapa emangnya?” “Nggak mau”. Sebenarnya Andre merasa kesal dengan jawaban Anggie. Dia sudah menunggu selama 4 jam lebih tapi Anggie hanya menjawab dengan singkat tanpa alasan. Tapi mau apalagi, begitulah perempuan, minta perhatian tapi tidak memberi perhatian. Setelah itu, mereka berdua kembali menemui Danis bersama dengan temannya. Andre lega, karena dia dengan Anggie terlihat kaku sekali, Andre berpikir bahwa lebih baik mengobrol bersama Danis dan teman-temannya untuk menghapus jarak hubungan yang jauh tapi sebenarnya sangat dekat di hati.
Andre teringat kembali masa SMPnya dimana dia dengan Anggie masih belum menjalin kasih. Hampir setiap hari mereka menghiasi hari mereka dengan tawa, obrolan-obrolan singkat tapi sangat melekat hati, menyapa seolah tak ada hari esok. Tapi setelah bersama, hanya rasa hampa. Tidak senang, tapi tidak juga sedih. Selama 2 tahun bersama, mereka hanya mengobrol basa-basi, tidak pernah membahas suatu hal yang lain selain bertanya kabar. Dalam hati, Andre berpikir “Apakah ini rasanya pacaran?” “Padahal kita sudah bersama selama 2 tahun lebih, tapi kenapa rasanya seperti pertama kali bertemu? Sangat kaku, hanya mengobrol basa-basi”.
Pada akhirnya, Andre dan Anggie berjalan berdua kembali, Andre mulai menceritakan tentang bagaimana lingkungan sekolahnya, event-event yang ada di sekolahnya. Tepat seperti perkiraan Andre, Anggie tidak merespon banyak. Anggie pun berbicara tentang kegiatan OSIS di sekolahnya. Tidak disangka, ternyata Anggie adalah ketua OSIS di sekolahnya. Kebetulan sekali, Andre juga merupakan anggota OSIS di sekolahnya, akhirnya mereka mengobrol panjang lebar untuk pertama kalinya dalam 2 tahun. Andre berasumsi karena ketua OSIS memiliki deret kertas tugas yang menumpuk, itulah yang membuat mereka kurang komunikasi, tak ada wajib dalam kewajiban, tak ada rasa dalam cinta.
Akhir dari obrolan yang cukup menyita waktu, Anggie membeli papan permohonan seharga Rp5000,00 di sebuah stand. Anggie menulis doanya di papan tersebut. Saat Andre penasaran ingin melihat, Anggie menutupi papan tersebut seakan doanya hanya dia dan tuhan yang boleh tahu. Jujur, hati kecil Andre merasa sedikit teriris, kenapa masih saja ada rahasia diantara mereka. Dengan berjalannya waktu, matahari semakin mati dan bulan semakin hidup. Andre mengajak Anggie untuk mengakhiri kencan yang cukup lama itu.
Di tempat parkir, Andre bertanya kepada Anggie. “Gie, lu inget gak waktu ulang tahun gue, lu ngajak ketemuan di taman?”. “Gue inget Ndre” jawab Anggie “Gue inget lu gak bisa dateng” lanjutnya. “Iya, waktu itu gue udah nyiapin kado buat lu, tapi sayangnya gue ada urusan lain, jadi gue harus pergi”. Andre mengeluarkan kado yang sudah disiapkannya selama satu tahun itu. “Ini Gie, kado yang udah pengen gue kasih setahun yang lalu, maaf ya telat banget hehe”. Bersamaan dengan itu, Anggie pun mengeluarkan sebuah kantong plastik kecil dari tasnya. “Ini Ndre, kado ulang tahun lu, maaf juga ya gue telat banget haha”. Senyum haru bahagia menghiasi kedua pasangan itu, setelah mengucap salam perpisahan, mereka pulang.
Beberapa bulan yang sudah berlalu, sama seperti hari-hari lainnya Anggie dan Andre tidak pernah berhubungan sama sekali. Andre sudah berpikir, selama 2 tahun ini mereka sudah bersama, tapi jarang sekali bertemu secara langsung. Andre berpikir untuk menyudahkan saja hubungannya dengan Anggie, tapi rasa sayang tak rela melepaskan masih melekat pada hati kecilnya.
Andre berpikir keras dan pada akhirnya dia berpikir, buat apa cinta tapi tidak saling memiliki, tidak saling mendukung, hanya rasa hampa dalam cinta, tak ada rasa, bahkan tak ada kata yang diucap.

“Gie, lu itu sama cantiknya kayak pertama kali kita ketemu. Sama lucunya kayak pertama kali kita bertemu. Gak pernah berubah dan gak akan berubah rasa sayang gue ke lu, tapi udah waktunya kita mengakhiri hubungan romansa tanpa kata ini, bukan karena ada perempuan lain, tapi karena kita yang gak seperti pasangan lain, kita cuma diem-diem aja, gak pernah terbuka. Gue harap lu ngerti ya Gie, makasih ya hehe” itulah yang Andre tulis dalam pesan singkat yang dikirim kepada Anggie. Tidak beberapa lama kemudian, handphone Andre berbunyi menandakan ada pesan masuk. “Iya, gue ngerti kok Ndre. Hubungan kita memang sedikit aneh, makasih juga ya Ndre” balasan dari Anggie. Dua tahun adalah waktu yang cukup lama untuk seorang anak muda menjalin kasih. Lega sudah semua perasaan gelisah Andre yang memikirkan bagaimana kelanjutan kisah cinta tanpa kata, tak ada rasa penyesalan yang terdapat dalam hati. Yang ada hanya sebuah romansa tanpa kata yang berakhir tanpa rasa.


Tanpa disangka-sangka, ternyata Andre bisa membuat sebuah tulisan dengan bahasa yang baku. 

1 komentar:

Please don't give a bad words, just a good words.